MILANO
(M.Yusuf Putra
Sinar Tapango)
Milano mengitari
perlahan ruang kerja yang tidak terlalu besar itu. Ruang yang di desain begitu
minimalis. Siapa pun yang berada di dalamnya akan merasa betah. Pada beberapa
bagian dinding yang terbuat dari kayu jati itu tergantung puluhan bingkai foto.
Foto-foto inilah yang membuat Milano terdiam memandangi satu persatu. Milano
yang kini menjadi seorang pesepak bola terkenal. Satu-satunya anak Indonesia
yang kini mengharumkan nama bangsa menjadi seorang striker klub sepak bola
terkenal di Eropa.
Ia sedang berada di dalam ruang
kerja ayahnya. Pak Kukuh Hariyanto. Seorang ayah yang begitu sangat dibanggakan
sekaligus pernah di kecewakan oleh Milano. Mata Milano akhirnya berhenti pada
sebuah foto yang membuat air matanya menetes. Dalam sebuah foto, terlihat ibu
dan ayahnya sedang menggendong seorang bayi dalam ruang rumah sakit. Dan ia
tahu itu adalah dirinya. Pada foto itu ada sebuah tulisan. Milano hadiah terindah dari Tuhan untuk kami.
“Milano anakku,” suara serak segera
membuat Milano tersadar dan segera mengucek matanya.
“Ayaaah…Happy birthday too you…” Milano segera menabrak dan memeluk ayahnya
yang begitu dia rindukan. Hampir enam bulan lamanya Milano baru bisa kembali
pulang bertemu keluarganya di Indonesia. Dan ia sengaja tak memberitahukan
kepulangannya hari itu pada ayahnya. Itu dilakukan untuk memberinya surprise di hari ulang tahun ayahnya
yang ke lima puluh satu.
“Waah terima kasih anakku! Kamu dan
ibumu sengaja mengerjai ayah, ya? Lihat ruangan ini ayah desain sendiri untuk
mengingatkanku setiap hari padamu. Foto-foto ini berhasil ayah kumpulkan dari
album lama yang ada di gudang belakang. Lihat dirimu sekarang, sudah tumbuh
dewasa, ganteng dan terkenal. Kami semua bangga padamu, Nak.”
“Aku
juga bangga punya Ayah. Oia itu foto itu keren banget, yah. Itu foto
ayah waktu muda bersama teman-teman ayah itu, kan? Nama komunitasnya…”
“RSJ17…ya, itu foto temen-temen
ayah. Sahabat-sahabat sejati yang tak pernah terlupakan. Mereka semua sudah
bertemu kamu, kan? Dan mereka juga ikut bangga melihat prestasi kamu sekarang,”
ujar ayah Milano cepat memotong kalimatnya.
“Waaah ada yang lagi bernostalgia
rupanya,” seru Ibunya Milano dari balik pintu.
Milano lansung memeluk Ibunya dengan manja. Tak lama berselang Keyla
adik perempuan Milano yang baru saja pulang kuliah muncul. Segera memeluk
Milano dengan manja. Dan ruangan itu pun seketika penuh dengan canda dan tawa
bahagia.
***
Pada malam harinya, di rumah Pak
Kukuh suasananya begitu ramai. Selain ada acara syukuran atas ultahnya yang
ke-51 juga di adakan acara syukuran menyambut kedatangan Milano. Sejak sore
rumah itu ramai oleh tamu yang datang silih berganti. Dari keluarga dekat,
sahabat-sahabat Milano, sahabat-sahabat Pak Kukuh juga dari berbagai media
turut hadir malam itu. Di ruang keluarga yang cukup besar itu tawa canda
memenuhi setiap sudutnya.
Pak Kukuh bersama istrinya memilih
duduk di sudut sofa sambil mendekap mesra istrinya. Mereka membiarkan semua
persiapan sibuk dilakukan lansung oleh Milano, Keyla dan dan beberapa sanak
keluarga dan sahabat. Untuk kali ini Milano menyuruh ayah dan ibunya untuk
duduk manis menonton saja. Sambil menggengam tangan istrinya ia menatapnya
penuh cinta. Lalu berpaling menatap kedua anaknya Milano dan Keyla yang sedang
asyik bercengkrama dengan para tamu. Pak Kukuh menyeruput kopi di depannya.
Sambil tersenyum angannya terbang tinggi. Ia kembali menghadirkan kenangan di
masa lalunya.
Dua puluh dua tahun yang lalu. Hari itu Pak Kukuh sedang berada di kamar
persalinan. Wajahnya tampak sangat tegang. Apalagi saat ia menyaksikan dengan
jelas ketegangan di wajah cantik istrinya. Pak Kukuh menggenggam erat tangan
istrinya. Sesekali ia membisikkan kata I
love you di telinganya. Memberi ketenangan pada istrinya agar tetap tegar
dan kuat. Ya, hari itu adalah hari yang paling dinantikan. Kelahiran anak
pertamanya yang menurut dokter ahli kandungannya adalah anak laki-laki.
Pak Kukuh pun sudah mempersiapkan
nama buat anak pertamanya. Milano sebuah nama yang telah dipilih atas kesepakatan
bersama istrinya. Akhirnya suara tangisan bayi laki-laki itu pun memenuhi
ruangan. Semua tersenyum bahagia. Air mata bahagia tampak terlihat di sudut
mata istri Pak Kukuh. Dokter Amanda yang menangani persalinan segera
mengucapkan selamat kepada mereka berdua. Setelah penantian mereka selama lima
tahun seorang bayi laki-laki yang lucu kini hadir di antara mereka. Kebahagian
dan rasa syukur menjalari dada Pak Kukuh hari itu. Ia pun mengumandangkan suara
adzan di telinga anknya dengan takzim.
Hari demi hari berganti. Tahun demi
tahun berganti. Milano tumbuh menjadi anak yang cerdas. Di usia tiga tahun Pak
Kukuh menemukan bakat Milano. Ternyata putranya sangat menyukai bola. Ia pun
suka menemani ayahnya menonton tayangan bola di televisi. Milano bahkan terlihat
sangat senang dan sering tertawa saat melihat tayangan itu. Begitu pula saat ia
di beri mainan. Milano tak akan mau menerima pemberian seperti mobil-mobilan,
robot-robotan apalagi boneka. Tapi jika ia diberi bola maka ia akan terlihat
girang sekali.
Waktu pun begitu cepat berlalu. Usia
Milano menginjak lima tahun ketika adik perempuannya lahir. Ia diberi nama
Keyla. Maka lengkap sudah kebahagian keluarga kecil itu. Keseharian Milano tak
ubahnya seperti anak kecil lainnya. Ia sangat aktif dan cerdas. Apalagi soal
pengetahuannya tentang bola. Tak seperti anak lainnya yang suka meonton kartun.
Pada ayah dan ibunya ia sering meminta untuk di belikan DVD tentang
pertandingan bola. Seperti hari itu.
“Ayah nanti beliin aku DVD
pertandingan sepak bola liga eropa, ya.” ujar Milano ketika Pak Kukuh sedang
terlihat bersiap ke kantor pagi itu. Pak Kukuh bekerja di Trans 7. Pagi itu ia
akan meliput pertandingan bola di senayan.
“Iya, tapi ayah pulangnya agak malam
nggak apa-apa, kan?”
“Nggak apa-apa, Ayah. Yang penting
jangan lupa bawa, DVDnya!”
“Oke, seep!” ujar pak Kukuh
mengacungkan jempol pada Milano yang sedang terlihat mempersiapkan buku sekolahnya. Milano saat
itu sudah bersekolah di TK yang dekat dari tempat tinggalnya. Milano terlihat
mandiri sejak kecil, ia bahkan tak ingin di antar jemput oleh Ibunya ke
sekolah. Ia lebih memilih berjalan kaki bersama teman-temannya pergi ke
sekolah.
***
Sore
menjelang petang itu, Pak Kukuh akan menemui teman-temannya. Pak Kukuh memiliki
sahabat-sahabat yang tergabung dalam satu komunitas. RSJ17 begitulah mereka
menyebut komunitasnya. Di taman Barito sepulang jam kantor satu persatu
teman-teman mereka bermunculan. Derai tawa mereka memenuhi taman itu. Kerap
mereka meluangkan waktu sejenak untuk saling silaturahmi. Biasanya, aktivitas
yang paling sering dilakukan adalah futsal.
Pak
Kukuh bercerita pada teman-temannya tentang anaknya Milano yang sangat menyukai
bola. Berbagai tanggapan pun muncul dari mereka.
“Itu
biasa kali Bro, namanya juga anak cowok. Kalo anak lo suka maenan boneka, itu
lo kudu hati-hati,” ujar Heru disertai
candaan teman-temannya yang lain.
“Heru dulu kecilnya cita-citanye jadi model cover boy! Nah pas gedenya kagak pede
jadi dia ganti cita-cita jadi hacker,
haha…” ujar Utha yang jahil di sambut tertawa lepas dari semua teman-temannya.
“Mending anak lo di masukin sekolah bola aja, kali
aja memang bakat dia di situ, Bro.” ujar Voltus dengan mimik wajah yang selalu
penuh senyum. Semua setuju dengan ide Voltus.
“Sekolah bola bukannya mahal, Sob?” ujar Pak Kukuh
ragu.
“Ya coba dulu aje, Bang. Pasti ada jalan ke luarnya,”
ujar Yesca pasti.
Sejak pertemuan malam itu, Kukuh terus kepikiran
tentang sekolah bola. Ia mulai mencari tahu tentang sekolah bola yang ada di
Jakarta. Lewat informasi dari teman atau pun searching di internet. Ia juga mendiskusikan masalah ini pada
istrinya. Awalnya istrinya tidak terlalu setuju dengan niat Pak Kukuh. Karena
ia lebih menginginkan anaknya kelak memilih karir sebagai Dokter atau sebagai
karyawan Bank seperti ibunya.
Tetapi Pak Kukuh tetap meyakinkan istrinya. Melihat
bakat yang ada pada anaknya istrinya pun luluh dan menyetujui Milano di masukkan
ke sekolah bola yang sudah terkenal. Sekolah bola yang dipilih Pak Kukuh tidak
tanggung-tanggung. Sekolah itu sudah banyak menelurkan pemain-pemain berbakat
yang sekarang sudah banyak menjadi Timnas Indonesia. Bagi Pak Kukuh yang
bekerja di stasiun TV tidak sulit baginya untuk mencari informasi dan koneksi.
***
Waktu pun begitu cepat berlalu. Milano yang semakin
tumbuh besar dan tinggi menunjukkan bakat yang sangat luar biasa. Di usianya
yang ke-17 tahun, ia memiliki tinggi 172 cm. Ia pun terpilih menjadi pemain muda
yang direkrut oleh Persija. Permainannya sangat menakjubkan. Dengan tubuh
yang proporsional ia dipercaya sebagai striker meskipun masih duduk sebagai
cadangan. Usia yang masih muda dan ganteng membuat Milano sangat digandrungi
oleh lawan jenisnya.
Sebagai anak yang baru tumbuh remaja, ia pun memiliki
hasrat layaknya anak remaja pada umumnya. Inilah awal kegagalan pertamanya yang
membuat Pak Kukuh sangat geram.
“Maafin aku, Ayah,” ujar Milano dengan wajah yang
tertunduk dalam menatap pada lantai rumahnya. Ia tak sanggup melihat tatapan
tajam ayahnya.
“Aku sangat kecewa sama kamu, Milano! Gara-gara kamu
pacaran dan terlambat latihan kamu kena skorsing dan tidak boleh ikut
bertanding di liga musim ini. Kamu benar-benar tidak disiplin!”
Pak Kukuh sangat geram sore itu. Ia sebenarnya
mengerti urusan anak muda. Hanya saja ia tidak ingin anaknya Milano gagal hanya
karena urusan cintanya. Ia terlanjur memiliki impian besar melihat putranya
berlaga di rumput hijau sebagai pemain inti. Ibunya Milano duduk di sampingnya
sambil memeluk dan mengelus rambut Milano. Sementara Keyla memeluk ayahnya agar
bersabar dan bisa menahan emosinya. Milano terdiam, hanya air mata yang
terlihat mulai menetes di pipinya.
Dan sejak saat itu Milano bertekad tak akan pernah
lagi mengecewakan ayahnya. Ia akan membuktikan pada ayahnya dan membuat
keluarganya bangga suatu hari nanti. Begitulah tekad yang bergemuruh di dada
Milano. Tangannya keras mencengkram kaos bola yang tepat di gambar burung
garuda. Dan ia menghadirkan keyakinan di dadanya dan berjanji akan menjadi
pemain sepak bola yang dibanggakan Indonesia.
Waktu pun terus bergulir. Milano membuktikan dirinya
sebagai pemain sepak bola yang membanggakan. Prestasi luar bisa dan penghargaan
sebagai pemain terbaik liga Indonesia di sandangnya. Nama Milano semakin
berkibar. Ia pun menjadi Timnas muda sebagai striker terbaik. Banyak klub yang
mengincarnya dengan tawaran yang tinggi. Tapi ia bukan pemain yang sombong dan
hanya mementingkan materi saja. Sifatnya yang rendah hati dan taat beragama
membuatnya tumbuh menjadi pria begitu di idolakan.
Hingga akhirnya puncak prestasi yang diraih Milano
dan membanggakan keluarga, bahkan Indonesia, adalah saat dirinya terpilih
menjadi pemain di klub Eropa. Milano dipercaya sabagai striker andalan. Di awal
musim liga pertamanya di Eropa Milano mampu merebut hati para penonton dengan
gol-gol spektakulernya. Ia semakin mendunia. Membanggakan Indonesia yang
semakin dikenal di dunia, dan membanggakan rakyat Indonesia yang memiliki seorang
Milano.
Milano membanggakan keluarganya yang senantiasa berdoa
dan meluangkan waktu melihat pertandingan-pertandingan sepak bolanya. Tak
dapat dipungkiri bahwa Pak Kukuh sering menitikkan air mata kebahagiaan saat
melihat Milano di televisi. Sebagai ayah ia sudah merasa melakukan yang terbaik
untuk anak-anaknya.
“Ayah…kok melamun aja, sih! Hayuuuk bergabung dengan
tamu yang lain. Tuh sahabat-sahabat Ayah juga pada datang, tuh,” ujar Keyla
putrinya membuyarkan lamunan masa lalunya.
Pak Kukuh mengucek matanya yang hampir menangis. Ia
tersenyum lalu bangkit bersama istrinya. Menghampiri para tamu yang sudah
memenuhi ruang tamunya malam itu. Para sahabat-sahabatnya dari RSJ 17 pun hadir
bersama keluarga mereka. Pak Kukuh tak henti-hentinya tersenyum kepada semua
yang hadir. Di wajahnya yang sudah mulai dihinggapi keriput ia masih
menampakkan seorang yang gagah.
“Selamat ulang tahun Ayah…” ujar Milano menarik
tangan ayahnya untuk meniup lilin di tengah kue ulang tahun berukuruan jumbo.
Dan ruangan itu pun penuh dengan sorak dan tepuk tangan. Ia lalu memotong kue
dan diletakkan di atas piring kecil. Pak Kukuh menghampiri istrinya.
“I love you
sayang…terima kasih kamu sudah menjadi istriku yang sempurna hingga di usiaku
yang sudah senja ini,” ujar Pak Kukuh disertai tepuk tangan meriah. Terlihat
ada tetesan air mata di sudut mata Milano dan Keyla.
“I love you
too, Mas…selamat ulang tahun buatmu. Semoga aku selalu bisa menjadi istri
terbaik dan Ibu yang baik buat anak-anak kita,” ujar Ibunya Milano sambil
mengecup pipi Pak Kukuh.
Satu persatu tamu yang hadir maju ke depan menyalami
pak Kukuh. Ruangan keluarga itu terasa sejuk sekali. Ada banyak cinta di sana.
Cinta pada keluarga, cinta pada sahabat menyatu dengan malam yang semakin
larut. Dan malam itu pun menjadi saksi bisu tentang sebuah cerita yang tak akan
pernah aku lupakan. Siapakah aku di sini? Aku ada diantara mereka, sebagai
sahabat yang ikut bangga memiliki sahabat yang dikaruniai anak bernama Milano.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar