Oleh : M.Yusuf Putra Sinar Tapango
Tak mampu menghapus jejak senyumnya
Sementara bisik-bisik dedaunan oleh angin
Ia juga tak mampu menghapus bayangnya...
Pelangi
Jangan pernah tinggalkan luka begini
Perih yang tak menyudah hingga kapan akan bertepi
Dunia tak ingin tau
Dunia hanya tertawa kecil
Bahkan terkadang ia mencibir...
Air yang tiba-tiba tumpah dari matanya
Akankah membuat waktu berpaling ke belakang
Padahal ia tahu
Dalam hitungan seperjuta kedipan mata
Waktu terus melesat, berpilin, berputar, tak akan kembali
Saat itu bersama bidadari kecilnya
Angin baginya selalu bertiup menyenangkan
Tidak pagi, tidak siang, tidak juga malam
Tapi sepanjang hari
Angin selalu berhembus lembut membelai anak-anak rambut...
Tapi kini ia hanya bisa menatap tergugu
Pada nisan yang mengukir nama bidadari kecilnya
Kesakitan yang merenggut tak tertolong
Hanya karena ia tak punya permata
Untuk mengisi para kantong wajah-wajah berjubah putih...
Sampai kapan dunia akan sekejam ini?
Ratapan ibu siapa lagi yang akan terbalas senyum munafik
Dari mereka yang mati rasa!
Ibu itu, ia kini hanya bisa hadirkan air mata untuk bidadari kecilnya
Dan mungkin angin, suatu hari nanti hadirkan senyum bidadari kecilnya....
BEKASI 3 NOVEMBER 2011...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar